Aturan Sunny 16 dalam Fotografi
Kali ini saya akan membahasa tentang aturan Sunny 16 yang biasa dipakai dalam penentuan exposure ketika fotografi masih menggunakan film seluloid dan lightmeter kamera pada saat itu masih belum sebagus kamera sekarang.
Pertanyaannya apakah masih relevan menggunakan aturan itu saat ini? Bagaimanakah cara menggunakan aturan ini?
Begini, seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini, ada gambar matahari, awan, dan beberapa tulisan bukaan diafragma.
Artinya apa? Ketika matahari terik atau sedikit berawan pada kondisi daratan berpasir atau bersalju, kita menggunakan bukaan lensa f/16 dan shutter speed 1/125 detik. Kemudian pada kondisi matahari terang atau sedikit berawan, kita menggunakan bukaan f/11. Pada kondisi langit berawan yang membuat benda-benda tidak mempunyai bayangan di daratan, kita menggunakan bukaan f/5.6. Pada kondisi langit yang sangat mendung atau kondisi matahari terhalang bangunan, kita bisa menggunakan bukaan f/4.
Aturan tersebut belaku ketika menggunakan ISO 100.
Pada beberapa artikel, bukaan diafragma f/4 biasa digunakan ketika kondisi matahari terbenam seperti pada gambar di bawah ini.
Jadi, aturan Sunny 16 adalah kondisi dimana kita memotret di luar ruangan pada matahari terik (sunny) dengan menggunakan bukaan diafragma f/16 pada shutter speed 1/125 dan ISO 100.
Bagaimanakah mereka membuat aturan tersebut. Asalnya dari rumus di bawah ini:
di mana
N adalah nilai relatif dari bukaan diafragma
t adalah shutter speed dalam satuan detik
Pada kondisi nilai shutter speed 1 detik dan bukaan diafragma f/1.0, maka nilai Exposure Value (EV) adalah nol (0).
Kemudian pada kondisi langit terik, nilai Exposure Value-nya adalah 15 pada ISO 100. Jika dihitung menggunakan rumus tersebut, akan menghasilkan nilai f/16 pada shutter speed 1/125 detik.
Berdasarkan rumus tersebut, saya menyusun tabel exposure di bawah ini menggunakan software Libre Calc (pengganti Excel). Nilai Exposure Value tersebut merupakan nilai hasil pembulatan.
Pada tabel tersebut, saya mewarnai angka dengan warna merah yang menandakan bahwa nilai tersebut adalah nilai pada aturan sunny 16 dan kotak nilai 15 saya berikan warna kuning sebagai penanda bahwa kondisi Exposure Value 15 adalah ketika kondisi matahari sedang terik.
Untuk memudahkan dalam pembacaan nilai-nilai tersebut, saya memodifikasi tabel menjadi seperti di bawah ini.
Pada tabel tersebut, saya memberikan warna merah pada shutter speed 1/125 detik. Dalam aturan sunny 16, pada kolom diafragma f/16 didapatkan nilai Exposure Value 15. Kemudian pada diafragma f/11, didapatkan nilai Exposure Value 14. Pada diafragma f/8. didapatkan nilai Exposure Value 13. Pada diafragma f/5.6, didapatkan nilai Exposure Value 12. Pada diafragma f/4, didapatkan nilai Exposure Value 11.
Bagaimana penerapannya ketika praktek di lapangan? Misalnya kita ingin memotret dengan "lensa cepat" yang mempunyai bukaan diafragma lebar f/0.95 pada siang hari ketika matahari terik.
Lihat pada kolom f pada nilai 1.0, nilai ini mendekati bukaan lensa f/0.95.
Kemudian kita lihat baris Exposure Value dengan nilai 15, maka akan didapatkan secara teoritis kita harus menggunakan shutter speed 1/30.000 detik. Teknologi kamera foto pada saat ini belum mencapai shutter speed setinggi itu. Shutter speed tertinggi pada kamera foto, umumnya ada di nilai 1/8.000 detik.
Pada kolom Exposure Value, dengan shutter speed 1/8.000 nilainya adalah 13. Jadi dari nilai Exposure Value 15 ke 13, ada beda 2 stops. Sehingga kita membutuhkan Filter ND yang mampu memblok cahaya sebanyak 2 stops.
Jika kita memotret ketika matahari terhalang awan (Exposure Value 14), maka membutuhkan filter ND yang mampu memblok cahaya sebanyak 1 stops.
Jika kita memotret ketika langit berawan (Exposrue Value 13), tidak memerlukan filter ND karena bisa menggunakan shutter speed 1/8.000 detik.
Jika kita memotret ketika langit mendung (Exposure Value 12), kita hanya perlu menurunkan shutter speed ke 1/4.000 detik. Jika kita memotret pada kondisi matahari hampir terbenam (Exposure Value 11), kita hanya perlu menurunkan shutter speed ke 1/2.000 detik.
Yang saya beberkan tadi adalah perhitungan secara teoritis. Dalam prakteknya, bisa jadi ada perbedaan. Kita tes dulu kamera kita ketika siang terik dapat kombinasi berapa. Tapi biasanya, ada perbedaan sekitar 1 sampai 2 stops terhadap hitungan tersebut.
Misalnya tadi telah kita tentukan, pada siang hari terik, kombinasi bukaan diafragma f/0.95 dengan shutter speed 1/30.000 detik. Pada prakteknya bisa jadi shutter speed yang dibutuhkan hanya 1/15.000 detik (beda 1 stop) atau 1/8.000 detik (beda 2 stops).
Misalnya kita anggap perbedaannya adalah 1 stop, maka kita hanya perlu menggunakan filter ND yang mampu memblok cahaya sebanyak 1 stop.
Sekian.
Semoga berguna.
Salam.
Beginilah cara Shutter kamera bekerja dalam slowmotion (2.000 fps)